Selasa, 28 Desember 2010

Ungkapan Sederhana Untuk Istri Tercinta

Bila malam sudah beranjak mendapati Subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah istri Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda. Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya tak  menemukan kesempatan untuk istirah barang sekejap, Kalau saja tak ada air
wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi.

Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat Anda sudah bisa  merasakan betapa segar udara pagi, Tubuh letih istri Anda barangkali belum benar benar menemukan kesegarannya. Sementara anak-anak  sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya, membisingkan telinganya dengan tangis serta  membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru berganti pakaian, sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus mencucinya.

Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan tenang dia? Masihkah Anda memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara di saat yang sama Anda menuntut dia untuk nenjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam bicara, lulus dalam memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya.

Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang sempurna, yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentu saja saya tidak tengah mengajak Anda membiarkan istri kita membentak anak-anak dengan mata rnembelalak. Tidak. Saya hanya ingin mengajak Anda melihat bahwa tatkala  tubuhnya amat letih, sementara kita tak pernah menyapa jiwanya, maka amat wajar kalau ia tidak sabar.

begitu pula, manakala matanya yang mengantuk tak kunjung memperoleh kesempatan untuk tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya akan menanjak. Disaat itulah jarinya yang lentik bisa tiba-tiba membuat anak kita rnenjerit karena cubitannva yanq bikin sakit.

Apa artinya? Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh bermanja-manja secara kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng. Tetapi istri shalihah  tetaplah manusia yang membutuhkan penerimaan. Ia juga butuh diakui, meski tak pernah meminta kepada Anda.

Sementara, gejolak-gejolak jiwa yang memenuhi dada, butuh telinga yang mau mendengar. Kalau kegelisahan jiwanya tak pernah menemukan muaranya berupa kesediaan  untuk mendengar, atau ia tak pernah Anda akui keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan siapa-siapa kecuali dirimu sendiri jika ia tiba-tiba meledak. Jangankan istri kita yang suaminya tidak terlalu istimewa, istri  Nabi pun pernah mengalami situasi-situasi yang penuh ledakan, meski yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi Saw. tak mau mendengar  melainkan semata karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi Saw. hanya diam  menghadapi 'Aisyah yang sedang cemburu seraya memintanya untuk mengganti mangkok yang dipecahkan.

Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita.

Ketika kita menginginkan ibu anak-anak kita selalu lembut dalam mengasuh, maka bukan  hanya nasehat yang perlu kita berikan. Ada yang lain. Ada kehangatan yang perlu kita berikan agar hatinya tidak dingin, apalagi beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari, Ada penerimaan yang perlu kita tunjukkan  agar anak-anak itu tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta dan kasih-sayang.

Ada ketulusan yang harus kita usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar ia masih tetap  memiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak kita. sepenat apa pun ia.

Ada lagi yang lain: pengakuan. Meski ia tidak pernah menuntut, tetapi mestikah kita menunggu sampai  mukanya berkerut-kerut.

Karenanya, marilah kita kembali ke bagian awal tulisan ini. Ketika perjalanan waktu telah melewati tengah malam, pandanglah istri Anda yang terbaring letih itu. lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita lakukan sekedar Untuk  menqucap terima kasih atau menyatakan sayang?

Bisa dengan kata yang berbunga-bunga, bisa tanpa kata. Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya. Tubuh yang letih itu, alangkah bersemangatnya jika  di saat bangun nanti ada secangkir minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta. Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, "Ada secangkir minuman hangat untuk istriku. Perlukah aku hantarkan untuk itu?"

Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Mungkin sekedar membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan tindakan-tindakan lain, asal tak salah niat kita. Kalau kita terlibat dengan  pekerjaan di dapur, rnemandikan anak, atau menyuapi si mungil sebelum mengantarkannya ke TK, itu bukan karena gender-friendly; tetapi semata karena mencari ridha Allah. Sebab selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa yang kila lakukan.

Kita tidak akan mendapati amal-amal kita saat berjumpa dengan Allah di yaumil-kiyamah.

Alaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah Anda. Yang jelas, ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima kasih atau tindakan yang  menunjukkan bahwa dialah yang terkasih. Semoga dengan kerelaan kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada airmata duka yang menetes dari kedua kelopaknya. Semoga dengan kesediaan kita untuk membuka telinga baginya, tak  ada lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa tak didengar. Dan semoga pula dengan perhatian yang kita berikan kepadanya, kelak istri kita akan berkata tentang kita sebagaimana Bunda 'Aisyah radhiyallahu anha berucap tentang suaminya, Rasulullah Saw., "Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku."

Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudah engkau perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak untuk meneruskan istirahnya. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa mengusik tidurnya, tahanlah dengan sehelai selimut untuknya.

Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang dan cinta yang tak lekang oleh perubahan, Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia, sebab tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia.

Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu.

Marilah kita ingat kembali ketika Rasulullah Saw. berpesan tentang istri kita. "Wahai manusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka. Ketahuilah,"kata Rasulullah Saw. melanjutkan, 'kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan kitab Allah.Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian untuk selalu berbuat baik. "

Kita telah mengambil istri kita sebagai amanah dari Allah. Kelak kita harus melaporkan kepadaAllah Taala bagairnana kita menunaikan amanah dari-Nya kah kita mengabaikannya sehingga gurat-gurat an dengan cepat rnenggerogoti wajahnya, jauh awal dari usia yang sebenarnya? Ataukah, kita sempat tercatat selalu berbuat baik untuk isti Saya tidak tahu. Sebagaimana saya juga tidak tahu apakah sebagai suami Saya sudah cukup baik jangan-jangan tidak ada  sedikit pun kebaikan di mata istri. Saya hanya berharap istri saya benar-banar memaafkan kekurangan saya sebagai suami. indahya, semoga ada kerelaan untuk menerima apa adanya.

Hanya inilah ungkapan sederhana yang kutuliskan untuknya. Semoga Anda bisa menerima ungkapan yang lebih agung untuk istri Anda.


M. Fauzil Adzim


ngutip dari: bicara-pernikahan

Rabu, 01 Desember 2010

paradoks

Betapa besarnya nilai wang kertas bernilai 10.000 apabila dibawa ke masjid
untuk disedekahkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!
 Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun
betapa singkatnya kalau kita melihat film.
betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun
betapa mudahnya kalau mengata atau mengumpat
tanpa harus berfikir panjang-panjang.
Betapa asyiknya apabila pertandingan bola dipanjangkan waktunya namun
kita mengeluh ketika khutbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa.
Betapa sulitnya untuk membaca satu helai Al-qur'an tapi
betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel atau majalah yang laris.
Betapa beria-ia orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun
lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid
Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu berahi semata, namun
alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.
Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk solat 5 waktu; namun
betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada
saat terakhir untuk event yang menyenangkan.
Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur'an; namun
betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.
Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh surat khabar namun
betapa kita meragui apa yang dikatakan oleh Kitab Suci Al-Quran.
Betapa Takutnya kita apabila dipanggil Boss dan cepat-cepat menghadapnya namun
betapa kita berani dan lamanya untuk menghadapNya saat kumandang azan bergema.
Betapa setiap orang ingin masuk syurga seandainya tidak perlu untuk percaya atau
 berfikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

KALAU PEREMPUAN TAK TAHU MEMASAK...SALAH KE? TAPI MACAM MANA KALAU LELAKI TAK BOLEH JADI IMAM???

Kalau perempuan tidak boleh memasak, dikutuk dan disuruh belajar. Kalau lelaki tak boleh jadi imam kita kata okay saja.

Jangan diperbesarkan nanti mereka terasa hati.

"Apalah perempuan, tak pandai masak siapa nak kahwin dengan awak!" Begitulah kata rakan sejawat lelaki pada seorang anak dara, juga rakan sejawat kami.

Maka jawaplah si gadis ayu itu yang dia tidak sempat belajar memasak sebab dari kecil tidak digalakkan keluarga sebaliknya di suruh menumpukan perhatian pada pelajaran saja.

Setelah tinggal di asrama, peluang pulang ke rumah terhad dan tidak sempat turun ke dapur membantu ibunya.

''Habis sekarang kenapa tidak belajar?" Tanya sang lelaki lagi dengan penuh semangat.

''Sedang belajarlah ni tetapi selain sibuk dengan kerjaya saya juga sibuk belajar agama, jadi belajar memasak tetap tidak diutamakan!" Begitu jawab si gadis yang membuatkan lelaki tadi menggeleng-geleng kepala.

Baginya tidak sempurna seorang wanita jika tidak tahu memasak. Wanita sepatutnya buat begitu juga.

Syarat utama menjadi suami mesti boleh menjadi imam.

Walau ada yang kata, jika itu syaratnya bermakna makin ramai wanita yang hidup bujang seumur hidup.

Lelaki meletakkan kebolehan wanita di dapur sebagai perkara utama dan ungkapan hendak memikat suami, perlu pikat seleranya sering diguna pakai.

Tidak kiralah jika wanita itu berpelajaran atau berjawatan tinggi dan penyumbang utama kewangan dalam rumahtangganya.

Sekarang bukan asing lagi gaji isteri lebih tinggi daripada suami.

Namun kedudukan suami sebagai raja tidak pernah dilupa walau dia tidak mengambil inisiatif mempelajari ilmu menjadi imam.

Ilmu bermain video game di komputer mereka rasa lebih perlu.

Kalau tidak tahu memasak disuruh belajar dan sesudah belajar perlu handal.

Jika handal bukan setakat masak untuk keluarga sendiri, kalau boleh perlu boleh memasak untuk tiga pasukan bola. Begitulah standard yang telah ditetapkan.

Bolehkah kita meletakkan undang-undang itu kepada lelaki juga? Kalau tidak pandai jadi imam, belajarlah.

Mula-mula jadi imam kepada keluarga sendiri, sudah terror boleh mengimam satu taman perumahan juga.

"Sibuk suruh kita handal memasak, mereka tu bolehkah jadi imam?" Dengus teman wanita yang lain.

Betul juga ya? Berapa kerat lelaki yang menjadikan sembahyang jemaah di rumah bersama anak isteri sebagai agenda utama, selain keperluan memenuhi pelbagai seleranya?

Maka bertanyalah wanita kini kepada beberapa lelaki tentang kebolehan yang satu ini.

Ternyata ramai yang menjawab tidak confident menjadi imam sebab takut bacaan al-Fatihah tidak sempurna, salah tajwid atau pun dia merasakan isterinya lebih handal.

Ada yang kata lebih elok dia dan isteri sembahyang sendiri-sendiri.

Ada juga menjawab, rasa kelakar pula apabila dirinya yang rugged menjadi imam.

Isu ini sepatutnya kita beratkan sepertimana masyarakat memberatkan wanita perlu pandai memasak jika mahu bersuami.

Lelaki juga harus boleh menjadi imam supaya kewibawaan mereka sebagai ketua keluarga tidak goyah atau menjadi mangsa 'queen control'.

Kalau tidak pandai, belajarlah sekarang. Jika wanita disuruh belajar, apa salahnya lelaki!


by Siti Zainab

Your Life Your Choice



Noticed my heart...
when now..i really not in to my prayers
do pray as just face a debt collector, in hurry and not mean it at all
dont say shalah sunnah, even the five is sometimes not on time or leave it...
Astaghfirullah..
life is so short..
and shalat is the first ibadah we'll be asked by God...
in fact, essence of shalat is for our needed, not Allah needed...
so...
if I could spend more time to eating or hanging out or working or etcetera 
why dont I give more time to my relationship with ALLAH swt
May Allah GUIDE US to the right path ameen.

MUST SEE this video, dear..
(wt a great advertising idea that I never seen..)


from this link: http://www.youtube.com/watch?v=y48M1TbMe2s